Siapa bilang vitamin bisa menambah nafsu makan? Justru vitamin bisa bikin si kecil makin kurus kalau kelebihan.
Hati-hati, pemberian vitamin secara berlebih dapat menimbun vitamin tersebut dalam tubuh si kecil hingga timbul efek samping, terutama golongan vitamin yang tidak larut dalam air, seperti vitamin A, D, E, dan K.
"Kelebihan vitamin A bisa mengakibatkan kepala jadi pusing-pusing," kata Dr Najib Advani, SpAK, MMed, Paed dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Bahkan, vitamin yang larut dalam air pun, semisal vitamin C, juga tidak boleh diberikan dalam dosis tinggi. "Kelebihan vitamin C menimbulkan batu pada ginjal, di samping mengakibatkan iritasi lambung hingga lambung terasa perih. Apalagi, jika pemberiannya dalam jangka waktu lama, anak jadi memiliki ketergantungan pada vitamin C. Istilah kedokterannya, rebound," katanya.
Itulah mengapa, dokter sangat "pelit" kala dimintai resep vitamin sekalipun vitamin si kecil yang dulu ia resepkan sudah habis. Soalnya, pemberian vitamin untuk bayi dan anak memang tidak dianjurkan buat seumur hidup.
Tidak menambah nafsu makan
Umumnya, orangtua memberikan vitamin bagi bayi untuk tujuan menambah berat badan karena vitamin dipercaya bisa menambah nafsu makan. Bahkan, saking vitamin dianggap mujarab mengatasi anak sulit makan, sering terjadi orangtua setengah memaksa dokter agar memberikan vitamin sekalipun pola makan anaknya sudah bagus dan badannya juga gemuk.
Padahal, tidak ada satu pun vitamin yang berkhasiat menambah nafsu makan secara langsung sekalipun saat si kecil tidak mau makan lantaran sakit dan dokter memberinya vitamin. Selain itu, juga bukan karena vitamin tersebut bisa menambah nafsu makan, melainkan agar asupan gizi si kecil tidak kurang. "Kecuali jika bayi kekurangan vitamin B kompleks karena dampaknya memang bikin orang jadi kurang nafsu makan," katanya.
Jadi, jangan percaya omong kosong yang mengatakan vitamin dapat menambah nafsu makan. Jangan pula menganggap, semakin gemuk bayi berarti semakin bagus. Justru bila si kecil yang sudah kurus kerap dikasih vitamin, sementara tubuhnya enggak kekurangan vitamin, barulah kita boleh merasa malu.
Jangan lupa, kelebihan vitamin bisa menyebabkan iritasi lambung. Akibatnya, si kecil malah jadi tidak mau makan. Bila sudah begitu, bukan berat badan bertambah, melainkan tubuh menjadi semakin kurus. "Nah, ini, kan, sama saja kita merawatnya dengan tidak baik. Bukan begitu," katanya.
Konsultasi dokter
Lagi pula, sebagai orang awam, agak sulit buat kita mendeteksi si kecil kekurangan vitamin atau tidak, apalagi pada kasus yang tidak terlalu berat (marjinal). Selain itu, ciri kekurangan vitamin harus pula dilihat kasus per kasus. Kekurangan vitamin A, misalnya, "biasanya di bagian putih mata akan terlihat keruh. Bila didiamkan, lama-lama akan timbul bercak," kata Najib.
Kekurangan vitamin A juga bisa membuat si kecil sering mengalami infeksi, semisal radang tenggorokan. "Bukan berarti bila si kecil mengalami radang tenggorokan, ia kekurangan vitamin A, lho. Jadi, jangan dibalik, ya, Bu, Pak," katanya.
Soal berat badan juga bukan ukuran mutlak anak kekurangan vitamin. "Memang, sering berat badan anak yang kurang vitamin juga kurang. Namun, enggak bisa dibalik bahwa anak yang kurus berarti kurang vitamin," katanya. Metabolisme tubuh anak-anak yang kekurangan vitamin, kata Najib, juga kurang baik hingga berat badannya berkurang.
Jadi, yang terbaik tentulah berkonsultasi lebih dulu dengan dokter, apakah si kecil memang perlu vitamin. "Biasanya dokter akan melihat dulu pola makannya. Jika sudah bagus, ya, enggak perlu vitamin," katanya. Misalnya, bayi yang mengonsumsi ASI. "Bila gizi ibu cukup dan asupan vitaminnya pun baik, berarti bayinya tak mutlak perlu vitamin tambahan. Diharapkan, dari ASI kebutuhan bayi sudah terpenuhi," ucapnya.
Begitu pula bayi yang mengonsumsi susu formula, "bila susu formulanya sudah mengandung vitamin dengan kadar yang cukup berdasarkan recommended daily allowances atau kebutuhan tiap hari bayi, bayi tidak perlu tambahan vitamin," katanya. "Namun, dengan catatan, pola menyusunya juga baik,lho," katanya lagi.
Jikapun si kecil kurus dan sulit makan, dokter juga tidak akan langsung memberi vitamin, tetapi melihat kasusnya dulu. Si kecil yang tidak suka makan sayur dan buah, misalnya, berarti ia butuh vitamin C. Nah, vitamin C inilah yang diberikan.
Empat kondisi
Umumnya, dokter memberikan vitamin kepada bayi bila mengalami salah satu atau lebih dari empat kondisi berikut:
1. Pola makannya tidak bagus.
Kadang bayi mau makan atau minum susu, tapi kadang tidak. Misalnya, bayi usia empat bulan tak menyusu dengan baik, padahal di usia ini ia belum memperoleh makanan tambahan. Jelas ia butuh vitamin. Namun, vitamin apa yang dibutuhkannya, dokterlah yang lebih tahu.
2. Saat sakit atau baru sembuh dari sakit.
Dalam kondisi ini, bayi perlu vitamin. Biasanya bayi yang baru sakit kurang nafsu makan dan kebutuhan vitaminnya pun meningkat. Jadi, agar asupan gizinya cukup, ia boleh menerima vitamin. Setelah sehat kembali, pemberian vitamin dihentikan.
3. Berat badan rendah.
Bayi dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5 kilogram juga perlu tambahan vitamin. Berat badan rendah bisa disebabkan bayi lahir prematur (belum cukup bulan). Biasanya bayi prematur kekurangan zat besi hingga yang dibutuhkan adalah suplemen zat besi. Di pasaran sebenarnya ada formula khusus untuk bayi prematur. Ini bisa diberikan hingga vitamin tidak mutlak perlu.
Lain hal pada bayi lahir cukup bulan tapi kecil. Bayi ini jelas perlu tambahan vitamin. Biasanya bayi kecil yang lahir cukup bulan tapi kecil ini disebabkan ada masalah di plasenta ketika bayi masih di kandungan, hingga suplai makanan dari ibu ke janin kurang bagus. Maka, ia lahir dengan berat badan rendah.
4. Tak terkena sinar matahari.
Bayi yang tak terkena sinar matahari butuh vitamin, khususnya suplemen vitamin D. Namun, kasus ini biasanya terjadi di negara empat musim. Ketika musim dingin tiba, bayi tidak bisa dibawa keluar karena bisa kedinginan dan matahari pun jarang ada.
Di dalam kulit, kata Najib, ada bahan untuk membuat vitamin D. Namun, untuk memproduksi vitamin D, kulit perlu terkena sinar matahari dulu. "Jadi, bila tak ada sinar matahari, proses tersebut tak bisa berlangsung," katanya.
Di negeri kita tentulah jarang sekali terjadi bayi kekurangan vitamin D. Bukankah negeri kita kaya akan sinar matahari? Terlebih lagi, ibu-ibu Indonesia biasanya kerap menjemur bayinya di waktu pagi kala mentari baru menampakkan dirinya.
Kebutuhan mineral
Selain vitamin, pemberian mineral pun tak boleh berlebihan. Bila gigi si kecil tak jua erupsi, misalnya, jangan buru-buru memberinya suplemen kalsium karena belum tentu ia membutuhkannya. Lagi pula, usia normal erupsi gigi antara 6 dan 12 bulan. Toh, ini pun bukan patokan pasti karena ada juga bayi yang sudah erupsi di usia lebih awal semisal empat bulan. Pasalnya, kata Najib, erupsi gigi juga dipengaruhi faktor bawaan anak.
Jadi, bila si kecil menyusunya bagus dan makannya pun baik tetapi ia belum juga mengalami erupsi gigi, berarti ia tak butuh tambahan kalsium. Bukankah kebutuhannya akan kalsium sudah dipenuhi dari susu? Jangan lupa, susu kaya akan kalsium. Sebaliknya, bila si kecil sudah erupsi gigi tetapi minum susunya kurang, ia jelas butuh suplemen kalsium.
Tentu bukan hnay kalsium. Mineral lain seperti fosfor dan fluor pun tak boleh berlebihan. Fluor, misalnya, penting untuk kekuatan gigi. Asupan fluor didapat dari air minum. Bila kadar air minum kurang dari 0,3 PPm (part per million), dibutuhkan suplementasi fluor, bisa dalam bentuk tablet atau multivitamin. Namun, bila kadarnya sudah 0,3 PPm atau lebih, "tambahan fluor jelas tak diperlukan lagi," katanya. [KOMPAS.com —